Jumat, 07 Juni 2013

Jurnal



ABSTRAKSI


Badriah, 25209651
ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PENENTU LABA JANGKA PENDEK PADA PT. HARVEST ARIAKE INDONESIA                                                  
PI. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2012
Kata Kunci : Analisis Break Even Point
( xi +34)

Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimalkan laba, Analisi Break Even Point adalah suatu cara yang digunakan untuk mengetahui keadaan dimana pendapatan total perusahaan sama dengan biaya totalnya.
Dalam penulisan ilmiah ini akan menjelaskan mengenai penjualan pada saat berapa terjadi penjualan yang impas. Selain itu juga dicari berapa perusahaan boleh mengalami penurunan volume penjualan, dicari juga berapa pengarh perubahan volume penjualan pada laba perusahaan kemudian titik dimana sebaiknya perusahaan menutup usahanya. Serta penentuan laba terhadap produk Ariake 3 pada PT HARVEST ARIAKE INDONESIA.
Dari hasil penelitian diperoleh laba yang diinginkan setiap bulannya ditahun 2012 adalah sebesar Rp 94.721.823 dengan jumlah penjualan yang harus dicapai sebanyak 1.182 kg dengan nilai penjualan Rp  193.257.000, Break Even Point atau titik impas tercapai pada saat penjualan sebanyak 393 kg dengan nilai Rp    64.331.142
Daftar Pustaka ( 1999 – 2000 )


  Latar Belakang Masalah
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya pastilah mengharapkan keuntungan guna melanjutkan usaha yang telah didirikan dan dijalankannya. kelangsungan hidup dari setiap perusahaan pasti bergantung pada pendapatan dari hasil penjualan produk atau jasa yang dihasilkannya. Agar produk yang diproduksi menghasilkan keuntungan/laba, maka perusahaan harus mengetahui pada tingkat volume penjualan berapa, yang memungkinkan pendapatan bisa untuk menutupi semua biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa tersebut dan sekaligus perusahaan juga memperoleh keuntungan.
Jika perusahaan menjual produknya pada tingkat volume penjualan dimana hasil penjualan sama dengan jumlah seluruh biaya untuk memproduksinya, maka perusahaan dalam keadaan Break Even point (BEP). untuk mengetahui keadaan seperti itu, kita dapat menegtahui dengan menganalisa BEP, maka kita juga dapat mengetahui pada volume penjualan berapa perusahaan dpat memperoleh keuntungan.
Keadaan BEP dapat diketahui jika perusahaan mengetahui besarnya pendapatan dan biaya yang dikeluarkan. Bila perusahaan ingin mengetahui pada tingkat berapa volume penjualan yang BEP, maka perusahaan harus juga menghitung besarnya biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya dalam hal ini yaitu biaya variael dan biaya tetapnya. Dengan data biaya dan data penjualan maka BEP dapat diketahui.


Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan ilmiah yang ingin dicapai adalah:
1.        Ingin mengetahui jumlah atau kuantitas produk yang harus dijual untuk mencapai kondisi  titik Impas.
2.        Ingin mengetahui jumlah atau kuantitas produk yang harus dijual oleh  perusahaan dalam membuat perencanaan laba.

Grafik Titik Impas


 



 












Kesimpulan
•PT HARVEST ARIAKE INDONESIA yang bergerak dalam bidang probiotik untuk udang dan ikan dalam menjalankan usahanya Maret tahun 2012 akan berada dalam keadaan impas saat perusahaan menjual produknya sebanyak 393 kg atau jika dilihat dalam Rupiah maka penjualan akan mencapai impas bila saat menjual Rp 64.331.142 untuk mengetahui analisis Break Even Point (Titik Impas) sebagai penentu laba dapat digunakan dengan menggunakan rumus perhitungan Break Even Point ( Titik Impas). Dengan kenaikan laba yang diinginkan perusahaan sebesar 30% maka volume penjualan yaitu sebesar 1.182 kg sehingga laba bersih sasaran sebesar Rp 193.257.000.
•Melalui perhitungan Margin of Safety dapat menunjukan jumlah penurunan volume penjualan yang boleh terjadi agar perusahaan tidak mengalami kerugian sebesar Rp 141.988.490 atau sebesar 60,65 % dari jumlah penjualan yang dianggarkan. Melalui perhitungan Degree of Operating Leverage dapat menunjukan dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan probiotik Ariake 3 adalah 1,64 kali. titik Shut Down Point pada tingkat penjualan ke Rp 64.269.490 perusahaan sebaiknya menghentikan usahanya karena mengalami kerugian